Sejarah Haloban



Orang pertama yang mendiami Pulau Tuangku (haloban) Tutuwon,Tutuwoun ini mulanya terdampar di Teluk Nibung kemudian berpindah ke Tulale (Pulau Tuangku) setelah Tutuwoun merasa cocok untuk mencari penghidupan maka dijemputnya keluarga dari teluk nibung untuk mendiami daerah Haloban tersebut dengan membuka lahan pertanian di Tulale (Pulau Tungku), disinilah babak awal pemukiman di Kepulauan Banyak (haloban).

Berselang beberapa tahun kemudian terjadi sebuah peristiwapesilisihan antara Lawowek dengan Lasengak mereka mempermasalahkan tentang siapa diantara mereka terlebih dahulu mendiami Haloban (Pulau Tuangku), didalam persilisihan ini Lasengak kalah dan lari hingga ketengah laut antara pulau Bangkaru dengan Pulau Lasia, Kejadian tersebut diketahui oleh Tutuwoun kemudian membawa kedua orang tersebut kerumahnya di Tulale (Pulau Tuangku),Sesampai dirumah tamu tersebut disuguhi ubi rebus oleh keluarga Tutuwoun, dengan diberinya ubi rebus diketahuilah bahwa Tutuwoun inilah orang yang terlebih dahulu menempati/mendiami Haloban (Pulau Tuangku) dengan bukti makanan yang mereka itu adalah hasil yang ditanam oleh Tutuwoun dengan keluarganya sementara Lawowek dengan Lasengak merupakan pendatang baru yang belum memulai bercocok tanam,selanjutnya Tutuwoun mengajak kedua orang tersebut ini agar menetap untuk sama-sama membuat perkampungan di Tulale (Pulau Tuangku) tersebut.

Beberapa bulan kemudian mereka bertiga mengelilingi Pulau Tuangku tepatnya di Air Dingin terlihat oleh mereka kepulauan asap setelah dihampiri ternyata ada seseorang yang sedang memasak air yang bernama Huta Barat, merekapun mengajak Huta Barat tersebut untuk menetap di Tulale(Pulau Tuangku).

Tidak begitu lama berselang mereka memeriksa pulau-pulau bertemu dengan seseorang di Pulau Aisakhu Tua yang bernama Malikul Beraya kemudian merekapun mengajak Malikul Beraya untuk menetap di Tulale(Pulau Tuangku). 

Seiring waktu terus berjalan penduduk Tulale semakin bertambah. Pada suatu malam mereka berlima bermusyawarah untuk menentukan siapa yang bisa jadi pemimpin/raja di Tulale tersebut, namun hasil dari musyawarah tersebut diputuskan Malikul Baraya untuk menjemput raja/sultan ke Pagaruyung (Sumatra Barat) untuk memimpin dan berdaulat di TulaleTulale(Pulau Tuangku). 

Sesampainya di Pagaruyung Malikul Baraya langsung menemukan Tuanku sultan yang berdaulat di Pagaruyung, maka Tuanku Sultan mengutus Adik Sultan yang paling bungsu yaitu Sultan Malingkar Alam untuk memimpin /Raja di Tulale Pulau Tuangku, selain Sultan Malingkar Alam di dampingi oleh 2 (dua) yaitu Imam Garang (Malikul Kudus) dan Panglima sebagai pendamping Sultan Malingkar Alam untuk memimpin di Tulale (Pulau Tuangku). 

Dengan berhasilnya Malikul Baraya membawa Sultan Malingkar AlamAlam, Imam Garang (Malikul Kudus) dan seorang Panglima ke Tulale (Pulau Tuangku) maka berawal lah kedaulatan di Pulau Tuangku dengan susunan Pemerintahnya sebagai berikut :

Sultan/Raja        : Sultan Malingkar Alam

Imam Garang     : Malikul Kudus

Khotib                : Malikul Baraya

Di bantu oleh Datuk yang empat yaitu dengan gelar : 

Datuk Besar            : Tutuwoun

Datuk Maha Raja    : Lawowek

Datuk Modo             : Lasengak

Datuk Pamuncak     : Hutabarat

Sebagai pusat pemerintahan pada saat Sultan Malingkar Alam berada di Tulale (Pulau Tuangku) beberapa tahun kemudian Sultan Malingkar Alam meninggal di gantikan oleh anaknya yaitu Sultan Setangkai Alam pada masa itu pusat pemerintahan ke Luan Bano tetap di Pulau TuangkTuangku, dan setelah beberapa tahun memimpin di Luan Bano Sultan Setangkai Alam meninggal dunia dan di gantikan oleh anaknya yaitu Sultan Alam. 

Sejak Sultan Alam memimpin terjadi perpindahan pusat pemerintahan dari Luan Bano ke Haloban yang sekarang sebagai ibu kota Kecamatan Pulau Banyak Barat. Haloban asal dari kata \\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\"Alaban\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\" Yaitu nama sejenis Kayu yang banyak terdapat waktu pembukaan perkampungan Haloban, sewaktu pembukaan ada yang meninggal di timpah pohon kayu Alaban.

Perkembangan selanjutnya dari pemerintahan Sultan Alam di Haloban ini sudah menumbuhkan kampung-kampung baru yaitu Kampung Asantola dan Kampung Lamo, Teluk Nibung dan Pulau Balai.

Setelah Sultan Alam merasa tidak mampu lagi dalam memimpi karna keadaannya sakit makan diputuskan oleh Sultan Alam sebagai menggantikannya Suktan Alam yaitu Sultan Umar kemenakannya sendiri yang disepakati oleh datuk-datuk yang empat. 

Semenjak Sultan Umar menjadi Raja di Kepulauan Banyak sampai pada tahun 1950 Sultan Umar sakit dibawa ke Sibolga dan meninggal di kebumikan di Sibolga. 

Pada tahun 1951 daerah Pulau Banyak diakui sebagai salah satu wilayah dibawah Residen Aceh Selatan Provinsi Sumatera UtaraUtara. Pulau Banyak dipimpin oleh seorang Asisten Wedana bernama Ali Basa yang berkedudukan di Haloban, kemudian digantikan oleh Kasem Idris. 

Selanjutnya digantikan oleh Asisten Wedana Abdul Foat. Ditangan Asisten Wedana inilah Pusat Kegiatan Pemerintahan dipindahkan ke Pulau Balai menjadi Ibukota Kecamatan Pulau Banyak.

Kecamatan Pulau Banyak terdiri dari 2 Kemukiman, yaitu Kemukiman Haloban dan Kemukiman Pulau Salapan dengan 6(enam) Desa : 

1. Desa Haloban

2. Desa Asantola

3. Desa Ujung Sialit

4. Desa Pulau Balai

5. Desa Pulau Bagiku

6 Desa Teluk Nibung

Pada tahun 1999 Pemekaran Kabupaten Aceh Singkil dengan keluarnya Undang-undang Nomor 14 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Aceh Singkil, Pulau Banyak merupakan salah satu Wilayah Kecamatan dari Kabupaten Aceh Singkil. 

Pada tahun 2001 keluar keputusan Bupati Kabupaten Aceh Singkil Nomor 18 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kampong Suka Makmur Pemekaran dari Kampung Haloban Kecamatan Pulau Banyak.

Pada tahun 2010 Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil mengeluarkan keputusan mempersiapkan Pemekaran Kecamatan Pulau Banyak menjadi 2(dua) Kecamatan yaitu : Pulau Banyak dengan Ibukota Pulau Balai dan Pulau Banyak Barat dengan Ibukotanya Haloban. Dan mengangkat M. Hasbi, SH sebagai pelaksana tugas Camat Pertama di Kecamatan Pulau Banyak Barat , tidak lama kemudian tepat pada Hari Jum\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\'at tanggal 17 Agustus 2010 Ditetapkan Qanun Kabupaten Aceh Singkil Nomor 2 Tahun 2010 tentang Pembentukan Kecamatan Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil. dan M. Hasbi, SH. Tetap sebagai Camat. 

\"\"

Ada 99 buah pulau di gugus Kepulauan Banyak yang sangat layak dikembangkan menjadi objek wisata andalan.Termasuk keindahan alam bawah laut dan penyu hijaunya.Sebagai daerah Kepulauan, Pulau Banyak selain memiliki laut yang cukup luas juga pantai yang sangat panjang dan indah,pantai Pulau Banyak tidak kalah dengan Pantai-pantai lain di indonesia. Pasir putihnya lebih lembut, lambaian daun-daunkelapa yang rindang semakin memperindah suasana tamasya dengan pemandangan alam tropis. Indahnya panorama Sunset juga menjadi tontonan tersendiri yang mengasikkan.

Cara Menuju ke Pulau Banyak Kepulauan Banyak dapat dicapai melalui Desa Pulo Sarok Aceh Singkil dengan ferry selama 4 jam. Dari Kota Medan,dengan mobil travel seharga  Rp. 110.000 yang akan dibawa ke Desa Pulo Sarok menggunakan perjalanan darat selama 8 jam. Atau bisa menggunakan pesawat melalui penerbangan Medan-Singkil menggunakan pesawat berukuran kecil setiap hari Rabu dengan harga Rp. 140.000.





Haloban

Alamat
Jl. Swadaya No, 44 Kampung Haloban Kec, Pulau Banyak Barat Kode Pos 24791
Phone
Telp. 085372727858
Email
[email protected]
Website
haloban.sigapaceh.id

Kontak Kami

Silahkan Kirim Tanggapan Anda Mengenai Website ini atau Sistem Kami Saat Ini.

Total Pengunjung

14.334